Dalam sebuah prakata yang ditulis oleh Edward Tufte, Yale Professor Emeritus, dalam buku yang berjudul Story Telling with Data karya Cole Nussbaumer Knaflic
“Power Corrupts. PowerPoint Corrupts Absolutely.”
Edward Tufte
yang berarti “Kekuatan Jahat. Powerpoint Rusak Sepenuhnya“. Tentu kata-kata ini bukan kata tanpa makna, sama seperti ketika kita melakukan sebuah hal, maka yang paling penting di awal adalah masalah niat.
Kita semua mungkin telah menjadi salah satu korban sebuah perangkat lunak yakni tampilan powerpoint yang buruk bahkan tidak bermakna. Presentasi yang dibuat seolah tabrak lari sana sini, yang membuat kita bingung dengan pusaran jenis font, warna template, bullet-bullet yang seakan menyiksa, dan highlight yang bias. Infografis yang seharusnya memberikan informasi yang jelas malah gagal menjadi tampilan yang penuh informatif. Bagan, grafik maupun tabel membuat kita maupun audiens seolah bingung mana hal yang penting.
Saat ini kita sangat mudah untuk membuat tabel, bagan, ataupun grafik melalui software-software yang tersedia dengan waktu yang singkat. Pernahkah kita berfikir bahwa pada zaman dahulu, orang-orang yang yang tidak terlahir dizaman komputerisasi membuat ilustrasi dengan tangan mereka, yang berarti mereka harus berfikir sebelum menggoreskan tinta di atas sebuah kertas.
Memiliki banyak informasi di seluruh dunia pada ujung jari kita tidak membuat lebih mudah untuk dikomunikasikan, bahkan itu semua menjadikan cenderung sulit. Semakin banyak informasi yang kita dapatkan, semakin sulit untuk memfilter ke satu hal yang paling penting
Banyak kita temukan visualisasi yang tidak begitu informatif. Memang tidak ada niatan membuat grafik, bagan, chart, yang buruk. Namun itu semua terjadi, dan begitu seterusnya, baik saat kita di sekolah, kampus, atau bahkan di tempat kerja. Semua itu terjadi. karena tidak ada dasar dalam penyampaian sebuah data. Bahkan kita secara alamiah tidak terlalu pandai dalam mengkomunikasikan data pada person yang memiliki latar belakang berbeda-beda.
Saat kita belajar di bangku sekolah, bahasa dan matematika merupakan hal yang pasti selalu kita pelajari. Disisi bahasa, kita banyak belajar bagaimana menyusun sebuah kata menjadi kalimat dan menjadikannya sebuah cerita, yang mudah dimengerti. Sedangkan matematika, kita belajar memahami angka, perhitungan, perkalian, dan sebagainya. Tapi pernahkah kita mencoba untuk menggandengkan kedua sisi tersebut?. Tidak ada yang mengajari kita bercerita dengan angka maupun data.
Hal ini membuat kita dan bahkan kebanyakan orang di dunia kurang siap untuk sebuah tugas penting yang semakin dibutuhkan. Teknologi memungkinkan kita untuk mengumpulkan data dalam jumlah yang sangat banyak dan pasti disertai dengan keinginan yang besar untuk memahami semua data-data tersebut. Memvisualisasikan data dalam jumlah yang banyak dan mengkomunikasikan data tersebut kepada audiens kita merupakan kunci untuk mengubahnya menjadi sebuah informasi yang dapat digunakan untuk mendorong pengambilan keputusan yang lebih baik
Maka perlu kita belajar mengaitkan data yang begitu banyak dengan tampilan visual yang memudahkan audiens kita memahami dari setiap pesan yang akan kita sampaikan. Dan itulah yang mulai dipelopori penulis untuk mewujudkannya dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya dalam blog ini.
Salam AB